Makin Banyak Robot Membantu Robot
Makin Banyak Robot Membantu Dokter
Oleh
Sulung Prasetyo
Oleh
Sulung Prasetyo
JAKARTA – Perkirakan para peneliti di ITFact tahun 2005 lalu mengenai jumlah robot di tahun 2007 akan bertambah hingga tujuh kali tampaknya benar. Sepanjang setengah bulan Maret ini saja tercatat tiga robot baru dalam bidang kesehatan tercipta. Jelas ini akan makin banyak membantu dokter dalam mencapai taraf kesehatan sempurna.
Robot yang paling terakhir dikenalkan bernama Sim Baby, sebuah robot berbentuk bayi yang dibuat untuk membantu para calon perawat belajar memelihara bayi. Robot ini sendiri dibuat oleh para ilmuwan dari Universitas Carterbury Christ Cruch di Kent-Inggris.
Dengan harga produksi mencapai 25.000 poundsterling Inggrus, robot ini bisa bergaya serupa bayi yang baru lahir. Kate Hatie, seorang calon perawat yang sempat mencobanya mengatakan meskipun biar bagaimana robot tak bisa menggantikan tempat manusia. Namun, dalam keadaan belajar, robot itu benar-benar mampu membuat ia berpikir dua kali bila ingin berbuat sembarang terhadapnya.
Sebenarnya robot itu sendiri merupakan manekin bayi, yang diberikan mesin di dalamnya. Dengan bantuan program komputer pada chip yang dipasangkan dalam mesin, robot dalam berperilaku seolah bayi biasa.
Menuru pengajar setempat yang bernama Kathryn Summer, jenis robot seperti ini sebenarnya amat membantu proses pendidikan yang ada. “Karena mampu menumbuhkan kemampuan yang diharapkan, dengan cara yang lebih aman,” ungkapnya di awal bulan.
Robot Farmasi
Sementara itu di tempat terpisah, Rumah Sakit Musgrove Park di Tauton, London, juga memperkenalkan jenis robot pembantu pengambil obat milik mereka. Laporan yang dibuat BBC News baru-baru ini menyebutkan jenis robot terbaru tersebut diperkirakan mampu membedakan hingga ribuan jenis kode obat yang berbeda.
Jelas hal ini menguntungkan bagi pihak rumah sakit. Karena berarti kesalahan faktor manusia dalam memilih obat dapat tertanggulangi. Meskipun sampai terakhir data tentang kesalahan manusia dalam memilih obat, hanya satu perseribu kali pengambilan.
Dengan kehadiran robot ini, dimasa depan diharapkan para apoteker hanya tinggal mengecek ulang obat yang telah diambil sang robot. Paling tidak dengan penemuan ini 30.000 rumah sakit bisa tertanggulangi masalahnya dalam kesalahan pemberian obat.
Lain lagi di Jepang. Dengan kemampuan menciptakan robot yang lebih canggih, para peneliti Jepang baru-baru ini memperkenalkan sebuah robot mini operasi bedah terbaru mereka. Dengan bentuk tak lebih besar dari kuku ibu jari, robot ini diharapkan mampu menyelusup ke dalam rongga tubuh yang paling sulit dioperasi.
Robot yang serupa kumbang kecil ini diperkirakan hanya seberat lima gram saja. Robot ini memiliki panjang dua sentimeter dan berdiameter satu sentimeter. Untuk membantu memudahkan misinya, robot ini juga diperlengkapi sebuah kamera mini di dalamnya, selain juga sensor dan injeksi pengantar obat.
Berbagai data yang diperlukan untuk sebuah tindakan operasi difasilitasi dengan sebuah kabel mini kecil panjang. Dengan kabel tersebut, segala gambaran dan arah operasi dapat dikendalikan oleh dokter dari luar tubuh.
Robot Kamar Operasi
Yang paling “wah” mungkin yang satu ini. Sistem instalasi robot pada sebuah kamar operasi. Tidak main-main memang jenis sistem yang diperkenalkan ilmuwan dari Intuitive Surgical, California, AS, ini. Dengan nama da Vinci Surgical System, diharapkan seluruh proses operasi manual dapat dilakukan di kamar operasi ini dengan menggunakan robot.
Para dokter yang melakukan operasi sendiri berada 35 kaki terpisah dari pasien. Karena dokter harus menjalankan mesin tersendiri, sementara pasien berada di ruang terpisah dengan berbagai juluran tangan robot di sekitarnya.
Chris Seibert dari Initiative Surgical mengatakan kalau sistem ini telah dijalankan di beberapa rumah sakit terkemuka, seperti Nashville, Birmingham, dan Chattanooga. “Sistem ini akan makin mempertinggi kualitas kesehatan para penderita sakit yang harus menjalankan operasi,” ujar Seibert. Karena biar sebagaimana netralnya dokter membersihkan diri, tetap saja tercipta kemungkinan terpapar kuman.
Sementara itu menurut juru bicara Rumah Sakit Athens Limestone, Gina Hanserd, pengadaan robot kamar operasi seperti ini sebenarnya bertujuan baik. Namun sayangnya, banyak rumah sakit tak berniat membelinya.
Karena selain harganya yang bikin pusing kepala, karena mencapai US$ 1,6 juta, juga karena paradigma para pemilik rumah sakit yang hanya ingin menginvestasikan uangnya hanya untuk teknologi jangka penjang, bukan hanya dalam jangka pendek saja. n
Robot yang paling terakhir dikenalkan bernama Sim Baby, sebuah robot berbentuk bayi yang dibuat untuk membantu para calon perawat belajar memelihara bayi. Robot ini sendiri dibuat oleh para ilmuwan dari Universitas Carterbury Christ Cruch di Kent-Inggris.
Dengan harga produksi mencapai 25.000 poundsterling Inggrus, robot ini bisa bergaya serupa bayi yang baru lahir. Kate Hatie, seorang calon perawat yang sempat mencobanya mengatakan meskipun biar bagaimana robot tak bisa menggantikan tempat manusia. Namun, dalam keadaan belajar, robot itu benar-benar mampu membuat ia berpikir dua kali bila ingin berbuat sembarang terhadapnya.
Sebenarnya robot itu sendiri merupakan manekin bayi, yang diberikan mesin di dalamnya. Dengan bantuan program komputer pada chip yang dipasangkan dalam mesin, robot dalam berperilaku seolah bayi biasa.
Menuru pengajar setempat yang bernama Kathryn Summer, jenis robot seperti ini sebenarnya amat membantu proses pendidikan yang ada. “Karena mampu menumbuhkan kemampuan yang diharapkan, dengan cara yang lebih aman,” ungkapnya di awal bulan.
Robot Farmasi
Sementara itu di tempat terpisah, Rumah Sakit Musgrove Park di Tauton, London, juga memperkenalkan jenis robot pembantu pengambil obat milik mereka. Laporan yang dibuat BBC News baru-baru ini menyebutkan jenis robot terbaru tersebut diperkirakan mampu membedakan hingga ribuan jenis kode obat yang berbeda.
Jelas hal ini menguntungkan bagi pihak rumah sakit. Karena berarti kesalahan faktor manusia dalam memilih obat dapat tertanggulangi. Meskipun sampai terakhir data tentang kesalahan manusia dalam memilih obat, hanya satu perseribu kali pengambilan.
Dengan kehadiran robot ini, dimasa depan diharapkan para apoteker hanya tinggal mengecek ulang obat yang telah diambil sang robot. Paling tidak dengan penemuan ini 30.000 rumah sakit bisa tertanggulangi masalahnya dalam kesalahan pemberian obat.
Lain lagi di Jepang. Dengan kemampuan menciptakan robot yang lebih canggih, para peneliti Jepang baru-baru ini memperkenalkan sebuah robot mini operasi bedah terbaru mereka. Dengan bentuk tak lebih besar dari kuku ibu jari, robot ini diharapkan mampu menyelusup ke dalam rongga tubuh yang paling sulit dioperasi.
Robot yang serupa kumbang kecil ini diperkirakan hanya seberat lima gram saja. Robot ini memiliki panjang dua sentimeter dan berdiameter satu sentimeter. Untuk membantu memudahkan misinya, robot ini juga diperlengkapi sebuah kamera mini di dalamnya, selain juga sensor dan injeksi pengantar obat.
Berbagai data yang diperlukan untuk sebuah tindakan operasi difasilitasi dengan sebuah kabel mini kecil panjang. Dengan kabel tersebut, segala gambaran dan arah operasi dapat dikendalikan oleh dokter dari luar tubuh.
Robot Kamar Operasi
Yang paling “wah” mungkin yang satu ini. Sistem instalasi robot pada sebuah kamar operasi. Tidak main-main memang jenis sistem yang diperkenalkan ilmuwan dari Intuitive Surgical, California, AS, ini. Dengan nama da Vinci Surgical System, diharapkan seluruh proses operasi manual dapat dilakukan di kamar operasi ini dengan menggunakan robot.
Para dokter yang melakukan operasi sendiri berada 35 kaki terpisah dari pasien. Karena dokter harus menjalankan mesin tersendiri, sementara pasien berada di ruang terpisah dengan berbagai juluran tangan robot di sekitarnya.
Chris Seibert dari Initiative Surgical mengatakan kalau sistem ini telah dijalankan di beberapa rumah sakit terkemuka, seperti Nashville, Birmingham, dan Chattanooga. “Sistem ini akan makin mempertinggi kualitas kesehatan para penderita sakit yang harus menjalankan operasi,” ujar Seibert. Karena biar sebagaimana netralnya dokter membersihkan diri, tetap saja tercipta kemungkinan terpapar kuman.
Sementara itu menurut juru bicara Rumah Sakit Athens Limestone, Gina Hanserd, pengadaan robot kamar operasi seperti ini sebenarnya bertujuan baik. Namun sayangnya, banyak rumah sakit tak berniat membelinya.
Karena selain harganya yang bikin pusing kepala, karena mencapai US$ 1,6 juta, juga karena paradigma para pemilik rumah sakit yang hanya ingin menginvestasikan uangnya hanya untuk teknologi jangka penjang, bukan hanya dalam jangka pendek saja. n
0 komentar:
Posting Komentar